Rabu, 24 Juli 2013

OBAT JANTUNG ( DIGOXIN )


Deskripsi:
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai obat memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama yang lebih teratur.
Komposisi :
Tiap tablet mengandung digoksin 0,25 mg.
Kemasan :
Botol berisi 100 tablet
Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet
Mekanisme Kerja Obat :
Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaituefek langsung dan tidaklangsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus masuk ionkalsium keintra sel. Efektidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Indikasi :
Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter atrium.
Kontra indikasi :
BlokAVtingkat 2 dan blok AVtotal.                               
Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White.
Fibrilasi ventrikel.
Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap preparat digitalis.
Posologi :
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi.
Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet
sehari (1/2 -  1 tablet   pada usia   lanjut),  tergantung   pada berat   badan  dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harusdikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah  pemberian  selama   14 hari, dosis  hams diturunkan dan disesuaikan dengan respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut, karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal   jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama testlatihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat digitalis dandiuretik dihentikan.
Efek Samping :
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakitkepala.
Gejala toksik pada jantung : kontraksi ventrikel  prematur multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat blokAV.
Gejala neurologik :   depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingung
dan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai gangguan visus.
Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit yang lain.
Interaksi Obat :
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksiAV.
Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup rapat.
Adapun Tanggung jawab perawat dalma pemberian obat adalah :
Begitu besar peran perawat dalam pemberian obat, perawat harus benar-benar memastikan pasien dan obat yang akan diberikan kepada pasien, jangan sampai pasien salah mendapatkan obat, selain itu juga perawat harus memahami efek dan efek samping dari obat yang bisa disesuiakan dengan kondisi/penyakit pasien, untuk lebih jelaskan maka akan diuraikan dibawah ini tentang peran perawat dalm pemberian obat kepada pasien.
1.      Perawat terampil & tepat saat memberikan obat.
2.      Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
3.      Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
4.      Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.
Dalam pemberian obat,  perawat harus memperhatikan hal berikut :
a)      Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
b)      Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep.
c)      Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan.
d)     Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.

Prinsip 5 benar pengobatan :
1.      Benar Klien
2.      Benar Obat
3.      Benar Dosis Obat
4.      Benar Waktu Pemberian
5.      Benar Cara Pemberian 
1. Benar Klien
Dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri, hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.
2. Benar Obat
Berarti klien menerima obat yang telah diresepkan, tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
1.      pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2.      sebelum menuang / mengisap obat dan
3.      setelah menuang / mengisap obat.
3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.
Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
 Tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.
4.      Benar Waktu Pemberian
Saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan, dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam  sehari, seperti b.i.d ( du a kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan,  jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu, beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan.
5. Benar Cara Pemberian
Perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1.      Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul.
2.      Sublingual ( di bawah lidah  untuk absorpsi vena ).
3.      Topikal ( dipakai pada kulit ).
4.      Inhalasi ( semprot aerosol ).
5.      Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ).
6.      Empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
7.       
6. Dokumentasikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

Selasa, 23 Juli 2013

Kodein atau metilmorfin adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri (analgesik), meredakan batuk dan sesak napas (antitusif), serta anti-diare. Di antara ketiga manfaat ini, khasiat pereda batuk (antitusif) merupakan yang paling menonjol. Jenis batuk yang dapat diredakan oleh kodein adalah batuk yang kering, iritatif, dan tidak berdahak.

Kodein memiliki efek anti-nyeri. Kodein dapat diindikasikan sebagai pereda atau penghilang nyeri hebat yang tidak dapat diatasi dengan analgesik non-opioid. Sebuah studi yang dilakukan oleh Glowinski menemukan bahwa kombinasi antara parasetamol 500 mg/kodein 30 mg tiga kali sehari ditambah natrium diklofenak 50 mg sehari memiliki efek analgesik yang sama dengan pemberian natrium diklofenak 50 mg dua kali sehari pada pasien artritis reumatoid. Substitusi natrium diklofenak dengan parasetamol dan kodein ini memiliki keuntungan mengurangi efek iritasi pada mukosa lambung.

Secara umum, kodein dapat meredakan nyeri yang menyertai infark miokard, keganasan, kolik renal atau kolik empedu, oklusi pembuluh darah perifer, perikarditis akut, dan nyeri akibat trauma seperti luka bakar, fraktur, dan luka pascabedah. Dosis yang dibutuhkan meningkat sesuai dengan penambahan intensitas nyeri. Hati-hati pada dosis tinggi karena dapat menyebabkan depresi napas.

Efek lain dari kodein yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat adalah efek anti-diare. Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain, pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme penyebab diare. Dosis kodein atau morfin yang menghentikan diare (terkadang dapat menyebabkan konstipasi) kurang lebih sama dengan dosisnya sebagai obat batuk. Namun demikian, penggunaan kodein sebagai anti-diare tidak populer. Hal ini disebabkan saat ini tersedia bahan-bahan sintetik yang bekerja pada saluran cerna.

Khasiat paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk. Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat mengganggu. Batuk seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada. Pemberian kodein sebagai antitusif dianjurkan bagi pasien dewasa dan anak-anak.

Penggunaan kodein untuk pasien batuk iritatif pada anak-anak masih dianjurkan sampai kini. Buck dalam tulisannya di jurnal Pediatric Pharmacology menerangkan mekanisme aksi kodein dan penggunaanya sebagai analgesik serta antitusif pada anak-anak. Beberapa efek samping yang mungkin timbul adalah idiosinkrasi, alergi, dan intoksikasi bila diberikan berlebih. Cara menghindari bahaya efek samping adalah anamnesis riwayat alergi secara teliti, monitor setelah konsumsi, serta berhati-hati dalam dosis. Pada anamnesis, perlu ditanyakan penggunaan kodein sebelumnya dan adakah efek samping alergi. Sebagai tambahan, tanyakan pula riwayat alergi terhadap bahan lain dan riwayat alergi pada keluarga.

Penggunaan sebagai obat batuk bagi pasien dewasa direkomendasikan pada dosis 10 mg 3-4 kali sehari. Sementara, bagi anak adalah 1 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 dosis. Sebagai akibat pada metabolisme, dosis ini dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh, penurunan aktivitas otot, vasodilatasi perifer, serta penghambatan mekanisme neural di sistem saraf pusat. Kecepatan metabolisme tubuh akan berkurang dengan pemberian morfin dan turunannya. Hiperglikemia sementara dapat terjadi akibat pelepasan adrenalin yang menyebabkan glikogenolisis. Efek-efek ini hanya bersifat sementara, dan dapat hilang seiring berjalannya waktu. Secara umum, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai hal tersebut.

Dengan demikian, sebagai obat batuk, sampai saat ini kodein masih tetap mendapat tempat bagi pasien yang merasakan gangguan (iritasi) saluran napas atas akibat batuk kering kronis. Efek analgesik dan antitusif bekerja sama mengurangi batuk yang menyebabkan nyeri dada. Para dokter yang merawat pasien harus melakukan pengawasan, di samping mengedukasi pasien saat menggunakan kodein. Demikian juga bagi pasien anak-anak, peran orang tua sangat penting dalam pengawasan.

Daftar Pustaka
1. Schumacher MA, Basbaum Al, Way WL. Opioid analgesics and antagonist. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical Pharmacology 9th edition. Singapore, McGrawHill; 2004: 497-516.
2. Santoso HSO, Dewoto HR. Analgesik opioid dan antagonis. Farmakologi dan Terapi edisi ke-4. Jakarta; Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
3. Glowinski J. Placebo-controlledstudy of the anlgesic efficacy of a paracetamol 500mg/codeine 30mg combination together with low –dose vs high dose diclofenac in rheumatoid arthritis. Clin Drug Invest 1999; 18(3): 189-197.
4. Buck ML. Therapeutic uses of codeine in pediatric patients. Pediatr Pharm 2004; 10(4)
5. American Academy of Pediatrics. Uses of codeine and dextromethorphan-containing cough remedies in children. Pediatrics Vol. 99 No. 6 June 1997, p. 918-920.
Kodein atau metilmorfin adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri (analgesik), meredakan batuk dan sesak napas (antitusif), serta anti-diare. Di antara ketiga manfaat ini, khasiat pereda batuk (antitusif) merupakan yang paling menonjol. Jenis batuk yang dapat diredakan oleh kodein adalah batuk yang kering, iritatif, dan tidak berdahak.

Kodein memiliki efek anti-nyeri. Kodein dapat diindikasikan sebagai pereda atau penghilang nyeri hebat yang tidak dapat diatasi dengan analgesik non-opioid. Sebuah studi yang dilakukan oleh Glowinski menemukan bahwa kombinasi antara parasetamol 500 mg/kodein 30 mg tiga kali sehari ditambah natrium diklofenak 50 mg sehari memiliki efek analgesik yang sama dengan pemberian natrium diklofenak 50 mg dua kali sehari pada pasien artritis reumatoid. Substitusi natrium diklofenak dengan parasetamol dan kodein ini memiliki keuntungan mengurangi efek iritasi pada mukosa lambung.

Secara umum, kodein dapat meredakan nyeri yang menyertai infark miokard, keganasan, kolik renal atau kolik empedu, oklusi pembuluh darah perifer, perikarditis akut, dan nyeri akibat trauma seperti luka bakar, fraktur, dan luka pascabedah. Dosis yang dibutuhkan meningkat sesuai dengan penambahan intensitas nyeri. Hati-hati pada dosis tinggi karena dapat menyebabkan depresi napas.

Efek lain dari kodein yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat adalah efek anti-diare. Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain, pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme penyebab diare. Dosis kodein atau morfin yang menghentikan diare (terkadang dapat menyebabkan konstipasi) kurang lebih sama dengan dosisnya sebagai obat batuk. Namun demikian, penggunaan kodein sebagai anti-diare tidak populer. Hal ini disebabkan saat ini tersedia bahan-bahan sintetik yang bekerja pada saluran cerna.

Khasiat paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk. Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat mengganggu. Batuk seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada. Pemberian kodein sebagai antitusif dianjurkan bagi pasien dewasa dan anak-anak.

Penggunaan kodein untuk pasien batuk iritatif pada anak-anak masih dianjurkan sampai kini. Buck dalam tulisannya di jurnal Pediatric Pharmacology menerangkan mekanisme aksi kodein dan penggunaanya sebagai analgesik serta antitusif pada anak-anak. Beberapa efek samping yang mungkin timbul adalah idiosinkrasi, alergi, dan intoksikasi bila diberikan berlebih. Cara menghindari bahaya efek samping adalah anamnesis riwayat alergi secara teliti, monitor setelah konsumsi, serta berhati-hati dalam dosis. Pada anamnesis, perlu ditanyakan penggunaan kodein sebelumnya dan adakah efek samping alergi. Sebagai tambahan, tanyakan pula riwayat alergi terhadap bahan lain dan riwayat alergi pada keluarga.

Penggunaan sebagai obat batuk bagi pasien dewasa direkomendasikan pada dosis 10 mg 3-4 kali sehari. Sementara, bagi anak adalah 1 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 dosis. Sebagai akibat pada metabolisme, dosis ini dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh, penurunan aktivitas otot, vasodilatasi perifer, serta penghambatan mekanisme neural di sistem saraf pusat. Kecepatan metabolisme tubuh akan berkurang dengan pemberian morfin dan turunannya. Hiperglikemia sementara dapat terjadi akibat pelepasan adrenalin yang menyebabkan glikogenolisis. Efek-efek ini hanya bersifat sementara, dan dapat hilang seiring berjalannya waktu. Secara umum, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai hal tersebut.

Dengan demikian, sebagai obat batuk, sampai saat ini kodein masih tetap mendapat tempat bagi pasien yang merasakan gangguan (iritasi) saluran napas atas akibat batuk kering kronis. Efek analgesik dan antitusif bekerja sama mengurangi batuk yang menyebabkan nyeri dada. Para dokter yang merawat pasien harus melakukan pengawasan, di samping mengedukasi pasien saat menggunakan kodein. Demikian juga bagi pasien anak-anak, peran orang tua sangat penting dalam pengawasan.

Daftar Pustaka
1. Schumacher MA, Basbaum Al, Way WL. Opioid analgesics and antagonist. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical Pharmacology 9th edition. Singapore, McGrawHill; 2004: 497-516.
2. Santoso HSO, Dewoto HR. Analgesik opioid dan antagonis. Farmakologi dan Terapi edisi ke-4. Jakarta; Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
3. Glowinski J. Placebo-controlledstudy of the anlgesic efficacy of a paracetamol 500mg/codeine 30mg combination together with low –dose vs high dose diclofenac in rheumatoid arthritis. Clin Drug Invest 1999; 18(3): 189-197.
4. Buck ML. Therapeutic uses of codeine in pediatric patients. Pediatr Pharm 2004; 10(4)
5. American Academy of Pediatrics. Uses of codeine and dextromethorphan-containing cough remedies in children. Pediatrics Vol. 99 No. 6 June 1997, p. 918-920.

FUNGSI TOMBOL KEYBOARD KOMPUTER

Fungsi tombol-tombol yang ada pada keyboard komputer - Sebelumnya dalam blog ini juga pernah dibahas tentang fungi tombol Ctr dari A hingga Z , namun untuk tombol2 lain seperti Alt, Shift , F1 hingga F12 , Tab dan lain sebagainya mungkin ada sebagian dari sobat yang belum mengetahuinya,,
nah berikut adalah berbagai macam fungsi tombol-tombol keyboard yang ada pada komputer/PC/Laptop/Notebook dll lengkap
Fungsi tombol pada keyboard komputer pasti memiliki peranannya masing-masing. Keyboard pada komputer berperan sebagai penghubung antara mesin
untuk yang ingin mengetahui semua fungsi keyboard silakan membaca artikel ini lengkap nya.
 
 
Ctrl + A : Select All
Ctrl + B : Bold
Ctrl + C : Copy
Ctrl + D : Font
Ctrl + E : Center Alignment
Ctrl + F : Find
Ctrl + G : Go To
Ctrl + H : Replace
Ctrl + I : Italic
Ctrl + J : Justify Alignment
Ctrl + K : Insert Hyperlink
Ctrl + L : Left Alignment
Ctrl + M : Hanging Indent
Ctrl + N : New
Ctrl + O : Open
Ctrl + P : Print
Ctrl + Q : Normal Style
Ctrl + R : Right Alignment
Ctrl + S : Save / Save As
Ctrl + T : Left Indent
Ctrl + U : Underline
Ctrl + V : Paste
Ctrl + W : Close
Ctrl + X : Cut
Ctrl + Y : Redo
Ctrl + Z : Undo
Ctrl + 1 : Single Spacing
Ctrl + 2 : Double Spacing
Ctrl + 5 : 1,5 lines
Ctrl + Esc : Start Menu
F1 : Menjalankan fungsis pertolongan yang disediakan pada Word
F2 : Memindahkan teks atau objek yang dipilih
F3 : Menjalankan perintah AutoText
F4 : Mengulangi perintah sebelumnya
F5 : Menjalankan perintah Find and Replace atau Goto
F6 : Menjalankan Perintah Other Pane
F7 : Memeriksaan kesalahan ketik dan ejaan teks
F8 : Awal perintah penyorotan/pemilihan teks atau objek
F9 : Mengupdate Field (Mail Merge)
F10 : Mengaktifkan Menu
F11 : Memasukkan field berikutnya (Mail Merge)
F12 : Mengaktifkan dialog Save As
Esc : Membatalkan dialog / perintah
Enter : Melaksanakan pilihan atau mengakhiri suatu paragraf
Tab : Memindahkan teks sesuai dengan tanda tab yang ada pada ruler horizontal
Windows : Mengktifkan Menu Start
Shortcut : Mengaktifkan shortcut pada posisi kursor
Delete : Menghapus 1 karakter di sebelah kanan kursor
Backspace : Menghapus 1 karakter di sebelah kiri kursor
Insert : Menyisip karakter di posisi kursor
Home : Memindahkan posisi kurosr ke awal baris
End : Memindahkan posisi kurosr ke akhir baris
Page Up : Menggulung layar ke atas
Page Down : Menggulung layar ke atas
Up : Memindahkan kursor 1 baris ke atas
Down : Memindahkan kursor 1 baris ke bawah
Left : Memindahkan kursor 1 karakter ke kiri
Right : Memindahkan kursor 1 karakter ke kanan
Num Lock On : Fungsi pengetikan angka-angka dan operator matematik aktif
Num Lock Off : Fungsi tombol navigasi aktif
Shift + F10 : Membuka menu pintas, sama seperti mengklik kanan
Alt : Penekanan tombol yang tidak dikombinasikan dengan tombol lain hanya
berfungsi untuk mengaktifkan atau memulai penggunaan menu bar
Shift + Delete : Menghapus item yang dipilih secara permanen tanpa menempatkan item
dalam Recycle Bin
Ctrl + Right Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal kata berikutnya
Ctrl + Left Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal kata sebelumnya
Ctrl + Down Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal paragraf berikutnya
Ctrl + Up Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal paragraf sebelumnya
Alt + F4 : Menutup item aktif, atau keluar dari program aktif
Alt + Enter : Menampilkan properti dari objek yang dipilih
Alt + Spacebar : Buka menu shortcut untuk jendela aktif
Ctrl + F4 : Close dokumen aktif dalam program-program yang memungkinkan Anda
untuk memiliki beberapa dokumen yang terbuka secara bersamaan
Alt + Tab : Switch antara item yang terbuka
Alt + Esc : Cycle melalui item dalam urutan yang mereka telah dibuka
Ctrl + Shift + Tab : Bergerak mundur melalui tab
Shift + Tab : Bergerak mundur melalui pilihan

Version 2 Keyboard Komputer
• CTRL + C (Copy)
• CTRL+X (Cut) CTRL + X (Cut)
• CTRL+V (Paste) CTRL + V (Paste)
• CTRL+Z (Undo) CTRL + Z (Undo)
• DELETE (Hapus)
• SHIFT+DELETE (Menghapus item yang dipilih secara permanen tanpa menempatkan item dalam Recycle Bin)
• CTRL sambil menyeret (men-drag) sebuah item (Menyalin item yang dipilih)
• CTRL + SHIFT sambil menyeret item (Buat cara pintas ke item yang dipilih)
• Tombol F2 (Ubah nama item yang dipilih)
• CTRL + RIGHT ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal kata berikutnya)
• CTRL + LEFT ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal kata sebelumnya)
• CTRL + DOWN ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal paragraf berikutnya)
• CTRL + UP ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal paragraf sebelumnya)
• CTRL + SHIFT dengan salah satu ARROW KEY (Sorot blok teks)
• SHIFT dengan salah satu ARROW KEY (Pilih lebih dari satu item dalam sebuah jendela atau pada desktop, atau pilih teks dalam dokumen)
• CTRL + A (Pilih semua)
• Tombol F3 (Mencari sebuah file atau folder)
• ALT + ENTER (Melihat properti untuk item yang dipilih)
• ALT + F4 (Menutup item aktif, atau keluar dari program aktif)
• ALT + ENTER (Menampilkan properti dari objek yang dipilih)
• ALT + SPACEBAR (Buka menu shortcut untuk jendela aktif)
• CTRL + F4 (Menutup dokumen aktif dalam program-program yang memungkinkan Anda untuk memiliki beberapa dokumen yang terbuka secara bersamaan)
• ALT + TAB (Beralih antara item yang terbuka)
• ALT + ESC (Cycle melalui item dalam urutan yang mereka telah dibuka)
• Tombol F6 (Siklus melalui elemen-elemen layar dalam jendela atau pada desktop)
• Tombol F4 (Menampilkan Address bar list di My Computer atau Windows Explorer)
• SHIFT + F10 (Menampilkan menu shortcut untuk item yang dipilih)
• ALT + SPACEBAR (Tampilan menu Sistem untuk jendela aktif)
• CTRL + ESC (Menampilkan menu Start)
• ALT + huruf digarisbawahi dalam nama menu (Menampilkan menu yang sesuai)
• Surat digarisbawahi dalam nama perintah pada menu yang terbuka (Lakukan perintah yang sesuai)
• Tombol F10 (Aktifkan menu bar dalam program aktif)
• ARROW (Buka menu berikutnya ke kanan, atau membuka submenu)
• LEFT ARROW (Buka menu sebelah kiri, atau menutup submenu)
• Tombol F5 (Memperbarui jendela aktif atau merefresh)
• BACKSPACE (Melihat folder satu level ke atas di My Computer atau Windows Explorer)
• ESC (Membatalkan tugas sekarang)
• SHIFT ketika Anda memasukkan CD-ROM ke dalam CD-ROM (Mencegah CD-ROM secara otomatis bermain/autoplay)
Keyboard Shortcuts Dialog Box
• CTRL + TAB (Move forward melalui tab)
• CTRL + SHIFT + TAB (Bergerak mundur melalui tab)
• TAB (Move forward melalui pilihan)
• SHIFT + TAB (Bergerak mundur melalui pilihan)
• ALT + huruf yang digarisbawahi (Lakukan perintah yang sesuai atau pilih opsi yang sesuai)
• ENTER (Lakukan perintah untuk opsi atau tombol aktif)
• SPACEBAR (Pilih atau menghapus kotak centang jika pilihan yang aktif adalah check box)
• Arrow tombols Panah (Pilih sebuah tombol jika pilihan aktif adalah group tombol pilihan)
• Tombol F1 (Menampilkan Help)
• Tombol F4 (Menampilkan item dalam daftar aktif)
• BACKSPACE (Membuka folder satu tingkat ke atas jika folder dipilih dalam Simpan Sebagai atau Buka kotak dialog)
Microsoft Natural Tombolboard Shortcuts Microsoft Natural Tombolboard Shortcut
• Windows Logo (Menampilkan atau menyembunyikan menu Start)
• Logo Windows + BREAK (Menampilkan System Properties dialog box)
• Logo Windows + D (Menampilkan the desktop)
• Logo Windows + M (Meminimalkan semua jendela)
• Logo Windows + SHIFT + M (Memulihkan jendela yang diminimalkan)
• Logo Windows + E (Membuka My Computer)
• Logo Windows + F (Mencari for a file atau folder)
• CTRL + Windows Logo + F (Mencari for komputer)
• Logo Windows + F1 (Menampilkan Windows Help)
• Logo Windows + L (Mengunci keyboard)
• Logo Windows + R (Membuka kotak dialog Run)
• Logo Windows + U (Membuka Utility Manager)
Accessibility Tombolboard Shortcuts
• Right SHIFT selama delapan detik (Beralih FilterTombols on atau off)
• LEFT ALT + LEFT SHIFT + PRINT SCREEN (Beralih High Contrast on atau off)
• LEFT ALT + LEFT SHIFT + NUM LOCK (Mengaktifkan MouseTombols on atau off)
• SHIFT lima kali (Mengaktifkan StickyTombols on atau off)
• NUM LOCK selama lima detik (Mengaktifkan ToggleTombols on atau off)
• Logo Windows + U (Membuka Utility Manager)
Windows Explorer Tombolboard Shortcuts Windows Explorer Tombolboard Shortcuts
• END (Menampilkan bagian bawah jendela aktif)
• HOME (Menampilkan bagian atas jendela aktif)
• NUM LOCK + Asterisk sign (*) (Tampilkan semua subfolder yang berada di bawah folder yang dipilih)
• NUM LOCK + Plus sign (+) (Menampilkan isi dari folder yang dipilih)
• NUM LOCK + Minus sign (-) (Collapse folder yang dipilih)
• LEFT ARROW (Collapse pilihan saat ini jika diperluas, atau pilih folder utama)
• RIGHT ARROW (Menampilkan pilihan saat ini, atau pilih subfolder pertama)
Shortcut Tombols for Character Map Tombol pintas untuk Peta Karakter
• Setelah Anda klik dua kali pada grid karakter karakter, Anda dapat bergerak melalui grid dengan menggunakan cara pintas tombolboard:
• RIGHT ARROW (Pindah ke kanan atau ke awal baris berikutnya)
• LEFT ARROW (Pindah ke kiri atau ke akhir baris sebelumnya)
• UP ARROW (Pindah ke atas satu baris)
• DOWN ARROW (Pindah ke bawah satu baris)
• PAGE UP (Pindah ke atas satu layar pada satu waktu)
• DOWN (Pindah ke bawah satu layar pada satu waktu)
• HOME (Pindah ke awal baris)
• END (Pindah ke akhir baris)
• CTRL + HOME (Pindah ke karakter pertama)
• CTRL + END (Pindah ke karakter terakhir)
• SPACEBAR (Beralih antara yang lebih besar dan Normal ketika seorang karakter yang dipilih)
Microsoft Management Console (MMC) Main Window Tombolboard Shortcuts
• CTRL + O (Open yang disimpan konsol)
• CTRL + N (Buka konsol baru)
• CTRL + S (Save the open console)
• CTRL + M (Menambah atau menghapus item konsol)
• CTRL + W (Buka jendela baru)
• F5 tombol (Update konten dari semua jendela konsol)
• ALT + SPACEBAR (Menampilkan menu jendela MMC)
• ALT + F4 (Close the console)
• ALT + A (Menampilkan the Action menu)
• ALT + V (Menampilkan the View menu)
• ALT + F (Menampilkan the File menu)
• ALT + O (Menampilkan the Favorites menu)
Konsol MMC Window Tombolboard Shortcuts
• CTRL + P (Mencetak halaman aktif atau aktif pane)
• ALT + tanda Minus (-) (Menampilkan menu jendela jendela konsol yang aktif)
• SHIFT + F10 (Menampilkan the Action menu shortcut untuk item yang dipilih)
• Tombol F1 (Membuka topik Bantuan, jika ada, untuk item yang dipilih)
• Tombol F5 (Update konten dari semua jendela konsol)
• CTRL + F10 (Memaksimalkan jendela konsol yang aktif)
• CTRL + F5 (Memulihkan jendela konsol yang aktif)
• ALT + ENTER (Menampilkan kotak dialog Properties, jika ada, untuk item yang dipilih)
• Tombol F2 (Ubah nama item yang dipilih)
• CTRL + F4 (Close jendela konsol yang aktif. Ketika sebuah konsol hanya memiliki satu jendela konsol, jalan pintas ini akan menutup konsol)
Remote Desktop Connection Navigation
• CTRL+ALT+END (Open the m*cro$oft Windows NT Security dialog box
• ALT + PAGE UP (Beralih antara program dari kiri ke kanan)
• ALT + PAGE DOWN (Beralih antara program dari kanan ke kiri)
• ALT + INSERT (Cycle melalui program-program yang terakhir digunakan)
• ALT + HOME (Menampilkan menu Start)
• CTRL + ALT + BREAK (Beralih komputer klien antara jendela dan layar penuh)
• ALT+DELETE (Menampilkan the Windows menu) ALT + DELETE (Menampilkan the Windows menu)
• CTRL + ALT + Minus sign (-) (Membuat snapshot dari jendela aktif klien pada clipboard server Terminal dan menyediakan fungsi yang sama dengan menekan PRINT SCREEN pada komputer lokal.)
• CTRL + ALT + Plus sign (+) (Membuat snapshot dari seluruh area jendela klien pada clipboard server Terminal dan menyediakan fungsi yang sama dengan menekan ALT + PRINT SCREEN pada komputer lokal.)
Internet Explorer navigation Internet Explorer navigasi
• CTRL + B (Membuka kotak dialog Atur Favorit)
• CTRL + E (Open the Mencari bar)
• CTRL + F (Start the Find utility)
• CTRL + H (Open the History bar)
• CTRL + I (Open the Favorites bar)
• CTRL + L (Buka kotak dialog Open)
• CTRL + N (Start contoh lain dari browser dengan alamat Web yang sama)
• CTRL + O (Membuka kotak dialog Buka, sama seperti CTRL + L)
• CTRL + P (Membuka kotak dialog Print)
• CTRL + R (Memperbarui halaman Web ini)
• CTRL + W (Close jendela aktif)

Atropin 0,5 Mg (Ogb)

Atropin 0,5 Mg (Ogb) oleh apotekobat.blogspot.com Informasi obat kali ini akan menjelaskan jenis obat Spasme/kejang pada kandung empedu Atropine sulfat, yang diantaranya menjelaskan dosis obat, komposisi atau kandungan obat, manfaat atau kegunaan dan khasiat atau dalam bahasa medis indikasi, aturan pakai Atropin 0,5 Mg (Ogb), cara minum/makan atau cara menggunakannya, juga akan menerangkan efek samping atau kerugian, pantangan atau kontra indikasi serta bahayanya, over dosis atau keracunan, dan farmakologi serta meknisme kerja dan harga dari obat Atropin 0,5 Mg (Ogb), dan inilah penjelasannya:


ATROPIN 0,5 MG (OGB)
GOLONGAN
K Merah

KANDUNGAN
Atropine sulfat.

INDIKASI
Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfor organik.

KONTRA INDIKASI
Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.

PERHATIAN
Beresiko menyebabkan panas tinggi, gunakan dengan hati-hati pada pasien terutama anak-anak, saat temperatur sekitarnya tinggi.
Usia lanjut dan pada kondisi pasien dengan penyakit sumbatan paru kronis yang terkarakterisa oleh takhikardia.
Interaksi obat :
  • aktifitas antikolinergik bisa meningkat oleh parasimpatolitikum lain.
  • Guanetidin, histamin, dan Reserpin dapat mengantagonis efek penghambatan antikolinergik pada sekresi asam lambung.
  • antasida bisa mengganggu penyerapan Atropin.
EFEK SAMPING
Peningkatan tekanan intraokular, sikloplegia (kelumpuhan iris mata), midriasis, mulut kering, pandangan kabur, kemerahan pada wajah dan leher, hesitensi dan retensi urin, takikardi, dada berdebar, konstipasi/sukar buang air besar, peningkatan suhu tubuh, peningkatan rangsang susunan saraf pusat, ruam kulit, muntah, fotofobia (kepekaan abnormal terhadap cahaya).

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

KEMASAN
Botol isi 500 tablet.

PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

HARGA  :
Rp. 16.375/kemasan
Reaksi Atropin dan Adrenalin

BAB : I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Sistem syaraf simpatis meruopakan suatu pengaturan penting terhadap aktivitas organ-organ seperti jantung dan pembuluh darah perifer, terutam dalam responnya terhadap keadaan stres. Efek pokok dari perangsangan simpatis diperantarai o0leh pelepasan noreprinefrin dari ujung syaraf yang akan memacu adrenoseptor pada bagian pascasinaptik. Juga, dalam bereaksi terhadap stress, kelenjar adrenal akan melepas epinefrin dari ujung syaraf yang diedarkan dalam sirkulasi menuju jaringan sasaran.
Obat-obat yang meniru kerja epineprin dan nonepineprin ini disebut obat simpatomimetik yang diperkirakan akan memberi efek yang luas pada tubuh. Memahami farmakologi obat golongan ini merupakan pengembangan logis dari apa yang diketahui dalam aturan fisiologis ketekolamin.

    1. Tujuan

  • Memperlihatkan efek interaksi obat (efek kerja kombinasi obat-obatan0.
  • Mengetahui dan memahami mekanisme kerja atropine maupun adrenalin.
  • Mengetahui interaksi obat
  • Dapat memahami agonis dan antagonis serta membedakan keduanya
  • Mengetahui efek samping dari pada obat.

BAB : II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Efek interaksi obat dikenal 2 macam yaitu :
  1. Sinmergisme
  2. Antagonisme
Sinergisme dapat dibagi menjadi :
    1. Sinergisme Positif, yaitu obat bekerja sama dalam arti menguntungkan
    2. Sinergisme Negatif, yaitu Antagonisme kerja obat saling merugikan.
  1. Sinergisme positif, sering disebut sinergis saja; dalam pengertian ini termasuk :
    1. Addisi atau summasi
    2. Supra_Addisi
    3. Potensial
  2. Sinergisme negative atau antagonis
    1. Antagonis Kompetitif
    2. Antagonis Non Kompetitif
Obat dapat mengganggu penyerapan obat lain dalam usus, peredarannya dalam darah atau penyerapannya oleh sel. Antagonisme (pertentangan) berarti bahwa satu obat menghambat atau mengurangi dampak obat yang lain.
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan yang lebih besar daripada dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam ini disebut sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat memperkuat dampak obat lain dengan cara meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini disebut potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja ritonavir bila dicampur dengan saquinavir atau indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka diproses, atau dimetabolisme.
2.2. Atropin

2.2.1. Sumber dan Kimiawi

Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel berduri.
Atropine alam adalah l(-) hiosiamin, tetapi senyawanya sudah campuran (rasemik), sehingga material komersilnya adalah rasemik d, l-hiosiamin.
Anggota tersier kelas atropine sering dimanfaatkan efeknya untuk mata dan system syaraf pusat.

2.2.2. Absorbsi

Alkaloid alam dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diserap dengan baik dari usus dan dapat menembus membrane konjuktiva.
Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Reabsorbsinya melalui kulit utuh dan mata tidak mudah.

2.2.3. Distribusi

Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.


2.2.4. Metabolisme dan Ekskresi

Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine kebanyakan sebahagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam atau lebih.
Spesies tertentu, terutama kelinci memiliki enzim khusus satropin esterase yang membuat proteksi lengkap terhadap efek toksik atropine dengan mempercepat metabolisme obat.
Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t1/2 nya 2-4 jam.

2.2.5. Mekanisme Kerja

Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya.

2.2.6. Mekanisme Kombinasi Atropin + Adrenalin
Penambahan adrenalin pada atropine akan memperpanjang masa kerja obat serta meningkatkan penyebaran molekul yang masuk ke SSP.

2.2.7. Khasiat dan Penggunaan

Khasiatnya
Adapun khasiat daripada atropine antara lain :
  • Mengurangi sekresi kelenjar (liur, keringat, dahak)
  • Memperlebar pupil dan berkurangnya akomodasi
  • Meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat penerusan impuls di berkas His (bundle of his), yang disebabkan penekanan SSP.
  • Menurunkan tonus dan motilitas saluran lambung-usus dan produksi HCl.
  • Merelaksasi otot dari organ urogenital dengan efek dilatasi dari rahim dan kandung kemih
  • Merangsang SSP dan pada dosis tinggi menekan SSP (kecuali pada zat-zat ammonium kwatener).

Penggunaan
Adapun penggunaan daripada atropine yaitu :
  • Sebagai spasmolitikum (pereda kejang otot) dari saluran lambung-usus, saluran empedu, dan organ urogenital.
  • Tukak lambung/ usus, guna mengurangi motilitas dan sekresi HCL dilambung, khususnya pirenzepin.
  • Sebagai medriatikum, untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan akomodasi. Jika efek terakhir tidak diingginkan, maka harus digunakan suatu adrenergikum, misalnya fenilefrin.
  • Sebagai sadativum, berdasarkan efek menekan SSP, terutama atropine dan skolamin, digunakan sebelum pembedahan. Bersamaan dengan anastetika umum. Antihistaminika dan fenotiazin juga digunakan untuk maksud ini.
  • Sebagai zat anti mabuk jalan guna mencegah mual dan muntah.
  • Pada hiperhidrosus, untuk menekan pengeluaran keringat berlebihan.
  • pada inkontinesi urin, atas dasar kerja spasmolitisnya pada kandung kemih, sehingga kapasitasnya diperbesar dan kontraksi spontan serta hasrat berkemih dikurangi.
2.2.8. Efek Pada Sistem Organ

  1. Susunan Saraf Pusat
Pada dosis lazim, atropine merupakan stimulant ringan terhadap SSP, terutama pada pusat parasimpatis medulla, dan efek sedative yang lama dan lambat pada otak.efek pemacu Vagal pusat seringkali cukup untuk menimbulkan bradikardia, yang kemudian nodus SA yang menjadi nyata. Atropine juga menimbulkan kegelisahan, agitasi, halusinasi, dan koma.
  1. Mata
Otot konstriktor pupil tergantung pada aktivitas kolinoseptor muskarinik. Aktivitas ini secara efektif dihambat oleh atropine topical dan obat antimuskarinik tersier serta hasilnya aktivitas dilator simpatis yang tidak berlawanan dan midriasis (pupil yang melebar) nampaknya disenangi oleh kosmetik selama Renaissance dan oleh karena ini obatnya disebut belladonna (bahasa italic, “wanita cantik”) yang digunakan sebagai obat tetes mata selama waktu itu.
Efek penting kedua pada mata dari obat antimuskarinik adalah kelumpuhan otot siliaris, atau sikloplegia. Akibat sigloplegia ini terjadi penurunan kemampuan untung mengakomodasi ; mata yang teratropinisasi penuh tidak dapat memfokus untuk melihat dekat.
Kedua efek midriasis dan sigloplegia berguna dalam pftalmologi. Namun efek ini juga cukup berbahaya karena pada pasien dengan sudut kamar depan yang sempit akan menimbulkan gejala glaucoma akut.
Efek ketiga dari obat antimuskarinik pada mata adalah mengurangi sekresi air mata. Kadang-kadang pasien akan merasa matanya kering atau mata “berpasir” bila diberikan obat anti muskarinik dalam dosis besar.
  1. Sistem Kardiovaskuler
Atrium sangat kaya dipersyarafi oleh serabut syaraf parasimpatis (n.vagus), dan oleh karena itu nodus SA peka terhadap hambatan reseptor muskarinik. Efek denyut jantung yang terisolasi, dipersarafi, dan secara spontan memukul jantung berupa hambatan perlambatan vagus yang jelas dan takikardia relative. Bila diberikan dosis terapi sedang sampai tinggi, maka efek takikardi nampaknya dapat menetap pada pasien tertentu. Namun, dalam dosis kecil justru memacu pusat parasimpatis dan sering menimbulkan gejala brakikardia awal sebelum efek hambatan terhadap vagus perifer menjadi jelas.
Dengan mekanisme yang sama juga mengatur fungsi nodus AV; pada keadaan tonus vagus yang meninggi, maka pemberian atropine dapat menurunkan interval PR dalam EKG dengan memblok reseptor muskarinik jantung.

  1. Sistem Pernafasan
Baik otot polos atau sel kelenjar sekresi pada saluran pernafasan dipersarafi oleh vagus dan mengandung reseptor muskarini. Bahkan pada individu normal, maka efek bronkodilatasi dan pengurangan sekresi setelah menelan atropine dapat diukur. Efek demikian lebih dramatic pada pasien saluran pernafasan terganggu, walaupun obat antimuskarinik ini tidak sebaik pemacu beta-adrenoseptor pada pengobatan asma.
  1. Saluran Cerna
Hambatan reseptor muskarinik menimbulkan efek dramatic terhadap motilitas dan beberapa fungsi sekresi pada saluran cerna. Seperti pada organ lainnya, pacuan muskarinik eksogen lebih efektif dihambat disbanding efek dari aktivitas saraf simpatis (vagal).
  1. Kelenjar Keringat
Termoregulasi keringat di tekan pula oleh atropine. Reseptor muskarinik pada kelenjarkeringat ekkrin dipersarafi oleh serabut kolinergik simpatetik dan dapat dipengaruhi oleh obat antimuskarinik. Hanya pada dosis tinggi efek antimuskarinik pada orang dewasa akan menimbulkan peninggian suhu tubuh. Sedangkan pada bayi dan anak-anak maka dalam dosis biasapun sudah menimbulkan demam atropine (atropine fever).

2.3. Adrenalin

2.3.1. Pengertian

Adrenalin (epinefrin) yang merupakan zat adrenergikini dengan efek alfa + beta adalah Bronkchodilata terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat yang digunakan untuk serangan asma yang hebat. Seringkali senyawa ini dikombinasikan dengan tranguillizer peroral guna melawan r4asa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.

2..3.2. Mekanisme Adrenalin

Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteriel dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat frekuensi dan konduksi jantung pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan mengurangi rasa sakit dan menghambat pernapasan dalam dosis lebih besar. Semua reaksi ini merupakan dose-dependent reactions yang nyata. Dengan demikian banyak obat lain bisa kita golongkan kedalamnya seperti kontaseptif oral, insulin, dsb. Obat sejenis ini termasuk daftar Obat Esensial.

2.3.3. Mekanisme Kombinasi Adrenalin + adrenalin

Penambahan adrenalin akan memperpanjang bwaktu paruh obat sehingga midriasis pada mata berlangsung lama.

2.3.4. Efek samping

Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan terhadap jantung (palpasi,aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul hiperglikemia, karena efek anti diabetika oral diperlemah.
  1. Pembuluh darah
Tonus otot polos vascular diatur oleh adrenoreseptor; oleh karena itu, katelokamin menjadi penting dalam mengatur tahanan vaskuler perifer dan kapasitas vena.. pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus didominasi oleh reseptor alfa dan akan berkontraksi bila ada adrenalin.
  1. Jantung
Efek langsung pada jantung ditentukan terutama oleh reseptor beta. Reseptor beta meningkatkan kalsium kedalam sel otot jantung, dengan segala akibat perubahan listrik dan mekaniknya.

  1. Tekanan darah
Efek obat simpatomimetik terhadap tekanan darah dapat diuraikan berdasarkan efeknya terhadap jantung, tahanan vaskuler perifer, dan aliran balik vena.
  1. Mata
Otot dilator pupil radialis iris mengandung reseptor alfa; oleh karena itu aktivitas dengan obat seperti adrenalin akan menyebabkan meridiasis. Pacu alfa dan beta berefek penting pada tekanan dalam bola mata.

2.4. Percobaan
2.4.1. Alat dan Bahan
  • Kelinci/ rabbit : jantan/ betina yang berwarna putih
  • Larutan 1,5% Atropin
  • Larutan 0,5% adrenalin HCl
  • Pipet tetes
  • Pupilometer
  • Lampu senter
  • Kapas
  • Jam

2.4.2. Pelaksanaan

Sebelum percobaan dilakukan, maka diobservasi terlebih dahulu oculi dextra/ sinistra kelinci dan interval waktu tertentu tentang hal-hal :
  • Diameter pupil (dalam mm) jarak horizontal kedua pinggir paling lateral pupil
  • Besar bola mata : normal, exopthalmus, enaphalimus
  • Reflek ancaman (reflek kornea)
  • Reflek cahaya
  • Sekresi kelenjar air mata
  • Konsistensi bola mata
  • Kelainan gerakan bola mata
  • Kelainan palpebra
2.4.3. Pengamatan

Tetesi mata kanan kelinci dengan 3 tetes larutan atropine dan mata kiri dengan larutan adrenalin (dilakukan pada waktu yang bersamaan) perhatikan efeknya.
Sepuluh menit kemudian teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan adrenalin dan mata kiri 3 tetes larutan adrenalin, perhatikan efeknya. Catatlah hasil pengamatan pada kertas lampiran dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang efek kombinasi atropine dan adrenalin.

BAB : III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Efek interaksi obat dikenal 2 macam yaitu :
  1. Sinmergisme
  2. Antagonisme
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan yang lebih besar daripada dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam ini disebut sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat memperkuat dampak obat lain dengan cara meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini disebut potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja ritonavir bila dicampur dengan saquinavir atau indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka diproses, atau dimetabolisme.
Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel berduri.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.

3.2. Saran

  • Seorang perawat sebaiknya mengetahui interaksi obat serta mekanisme kerja dari pada obat tersebut.
  • Sebelum memberikan obat ada baiknya perawat menbgetahui dahulu interaksi obat
  • Perawat memahami interaksi obat apakah dapat berefek negative atau tidak

DAFTAR PUSTAKA

  • Betram G. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik. 2004. EGC. Jakarta .
  • Jay, Than Hoon dan Kirana, Raharja. Obat-Obat Penting. 2002. Gramedia. Jakarta.
  • Buku Penuntun Praktikum Farmakolologi. Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.